اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Cari Blog Ini

Sabtu, 10 September 2011

'DAUN EMAS' Andalan madura


Harga Capai Rp 750 Ribu Per Kg, Diekspor ke Jerman
Tak ada yang meragukan mutu dan kualitas tembakau Madura. Selain aromanya yang khas, juga banyak disukai pabrikan. Namun, tak banyak masyarakat yang tahu keberadaan tembakau Campalok yang memiliki khas tinggi. Apa kelebihannya?
CERITA tembakau Campalok ibarat hikayat. Ia telah dikenal banyak warga, khususnya di Madura. Namun, tak banyak yang tahu apa dan bagaimana bentuk dan aromanya. Maklum, tembakau Campalok termasuk salah satu tembakau khas yang tiada duanya di Madura, bahkan mungkin di dunia.
Petani di Madura memang tak asing dengan tembakau Campalok. Meski tak semuanya mengerti keberadaan tembakau Campalok, namun mungkin pernah mendengar tentang tembakau kualitas sangat super itu. Itu karena tembakau Campalok telah melegenda.
Tembakau Campalok diambil dari istilah lokasi tempat penanamannya. Campalok merupakan salah satu lokasi pemakaman di Dusun Jambangan, Desa Bakeong, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep. Namun, sebagian warga sekitar ada yang menyebut Campalok sebagai daerah perbatasan. Sebab, tak jauh dari Campalok ada perbatasan Sumenep dan Pamekasan. Batasnya sangat tipis dibedakan oleh garis tanah.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, konon, di sekitar lahan Campalok menjadi peristirahatan Potre Koneng, seorang putri yang melegenda dari Keraton Sumenep. Campalok sendiri diambil dari nama pepohonan di sekitar tempat itu.
Suatu ketika, tanpa sengaja, bunga hias di rambut Potre Koneng jatuh di sekitar Campalok. Warga setempat meyakini, bunga itulah yang membuat lahan Campalok memiliki keistimewaan.
“Dari leluhur ceritanya begitu. Bunga yang dikenakan Potre Koneng jatuh di sini (Campalok, red). Kami yakin peristiwa itulah yang membawa berkah. Salah satunya yang terwujud pada tembakau di tempat ini,” ujar Sajai, 35, salah satu keluarga pewaris lahan Campalok.
Lahan Campalok sendiri berada di salah satu bukit di Dusun Jambangan. Bila dilihat selintas, sulit dipercaya di lahan Campalok memiliki keistimewaan. Menuju lahan Campalok membutuhkan waktu perjalanan kurang lebih 1 jam dari Kota Sumenep. Dari arah Kota Sumenep, menuju lahan Campalok harus melewati sedikitnya 4 kecamatan. Yakni, Kecamatan Batuan, Lenteng, Ganding, dan Guluk-Guluk. Diperkirakan, letaknya 55 km dari arah Kota Sumenep.
Setelah sampai di Desa Bakeong, harus melewati jalan sepanjang 5 km ke arah selatan. Perjalanan awal bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua sejauh kurang lebih 4 km. Namun, untuk mencapai puncak bukit harus ditempuh dengan jalan kaki sepanjang 1 kilometer.
Dari kejauhan, tak tampak jika di atas bukit banyak rumah penduduk. Sejauh mata memandang hanya terlihat areal tembakau dan beberapa rumah warga yang letaknya saling berjauhan. Tetapi, di puncak bukit, rumah penduduk semakin padat. Bahkan, tepat di atas bukit ada sekitar 5 rumah warga yang tak lain salah satunya kediaman Sajai. Lahan Campalok letaknya kurang lebih 100 meter dari arah rumah Sajai.
Ketika melihat lahan Campalok, siapa pun tak akan mengira lahan seluas 20×30 meter itu mempunyai keistimewaan. Lahannya tak jauh berbeda dengan yang lainnya. Begitu juga dengan tanaman tembakaunya. Sepintas, yang membedakan hanya pemandangan lahan yang dipisah kuburan. Di pinggirnya terdapat pohon Campalok yang sejak dulu ukurannya tidak mengalami perubahan.
Perbedaan lainnya, lahan Campalok terletak di puncak bukit. Bukitnya bukan sembarang bukit. Melainkan, bukit yang menjadi perbatasan Pamekasan-Sumenep. Namun, lahan Campalok masih masuk teritorial Sumenep.
Hal yang mulai tampak istimewa ketika mendekat ke pohon tembakau Campalok. Daunnya agak hijau kekuning-kuningan, dan aromanya sangat menyengat. Jika daun tembakau dipegang, terasa lengket di tangan. “Perawatan tembakau Campalok sama seperti tembakau lainnya. Ketika baru ditanam, harus disiram setiap hari. Setelah itu, penyiraman dilakukan 2 hari sekali. Begitupun pupuk yang digunakan, tidak jauh berbeda dengan tembakau lainnya,” jelas Sajai.
Menurut bapak 2 anak ini, aroma tembakau Campalok sangat khas, tiada duanya. Bahkan dipercaya, ketika tembakau biasa dicampur dengan sisa-sisa tembakau Campalok, kualitasnya akan jauh lebih bagus. “Tetapi, diyakini bukan karena tembakaunya. Melainkan, faktor tanah. Sebab, meski bibit tembakau diganti hasilnya tetap sama,” tuturnya.
Karena kepercayaan akan faktor tanah, setiap memasuki musim tanam tembakau, banyak warga dari berbagai daerah membawa tanah Campalok untuk ditabur di lahannya. Entah kebetulan atau tidak, kualitas tembakau ikut juga terangkat. “Kalau selain tembakau, hasilnya sama dengan di tempat lain. Di sini hanya khusus tembakau,” ungkap Sajai.
Selain aroma yang menyengat, keunggulan lain tembakau Campalok pada bobotnya yang relati lebih berat. Itu berakibat pada harga tembakau Campalok yang bisa 20 kali lipat dari tembakau lainnya. Jika tembakau gunung biasa harganya di kisaran tertinggi Rp 35 ribu per kg, tembakau Campalok bisa mencapai Rp 750 ribu per kg.
Untuk menjaga aroma, biasanya setelah kering, tembakau Campalok dibungkus dengan plastik. Berbeda halnya dengan tembakau biasa yang dibungkus dengan tikar. “Kalau penjualannya lebih mudah. Sebab, banyak pedagang khusus yang datang ke sini. Ada yang bilang sampai dijual ke Jerman oleh pedagang,” pungkas Sajai. (*/dari berbagai sumber)
Sumber: Jawapos, Selasa, 29 Agt 2006

1 komentar: